Thursday, April 18, 2024
Home > Cerita > Kepada Cermin

Kepada Cermin

(Di tiap rumah ada cermin
Di kantor-kantor ada cermin
Di mobil ada cermin
Dalam tas wanita ada cermin
Di salon di tukang pangkas pasti ada cermin
Di hotel-hotel dan penginapan kecil pasti ada cermin
Cermin adalah kebutuhan sekunder manusia
Yang menjadi primer)

Pakai busana, bersolek, sisir rambut mau menghadap
Atasan umumnya bercermin
Kalau tidak ada cermin
Tak tahu bentuk hidung
Bentuk mulut
Bentuk mata
Bentuk badan
Kalau tak ada cermin
Pengendara mobil dan motor resah susah mengambil arah

(kita ini hanya alat, membersihkan kita pun mereka jarang
Kalau tidak kabur benar,
kata cermin, padahal kita yang memberitahu bentuk badan,
rupa dan arah mereka)

(Mereka tak tahu malu, ya, kok terlanjangpun di depan kita,
kata cermin yang lain)

(Itukan fungsi kita, kita ini alat mereka,
Jadi jangan kesal, kita harus bersabar kepala karena
Kita di butuhkan mereka, kata lainnya)

(Kamu dong enak, jadi cermin dalam kamar,
Bisa lihat macam-macam
Saya jadi cermin di mobil,
Cuma untuk lihat belakang,
Tiap hari kena panas, hujan,
Dan di hantam debu, terkadang saya di curi orang,
Di jual ke tukang loak di pinggir jalan)

Cermin, alat untuk melihat badan, rupa dan arah
Cermin, pantulan badan, maka ada istilah buruk rupa
Cermin di belah
Cermin adalah kaca yang bisa pecah
Cermin adalah air tenang
Yang memantulkan cahaya bulan
Cermin adalah titik-titik air
Yang mencurahi halaman kehidupan
Cermin adalah kitab-kitab suci
Yang menawarkan kebaikan
Cermin adalah halaman depan kesadaran
Yang menunjukkan keburukan
Seluruh manusia bercermin
Mengetahui mancung pesek hidungnya
Putih, kuning giginya
Belok, sipit matanya
Wajah rupanya

Bercerminlah pada diri sendiri
Mengapa manusia tidak sadar juga bentuk rupanya
Kelakuannya, sikapnya, tindakannya, pribadinya

Mengapa masih saja seperti semula?
Mencuri itu pun cermin
Korupsi itu pun cermin
Berzina itu pun cermin
Sisi lain keutuhan
Pantulan cahaya bulan di lembaran halaman kehidupan
Yan terjilid pada manusia-manusia itu
Masing -masing mencatat harga satuannya
Yang kelak dikalkulasi
Di hadapan cermin Ilahi

Kepada cermin
Yang tidak bsia bohong
Kepada orang yang bohong
Mengapa tidak mengaca diri
Untuk mengisi selongsong kosong lorong kehidupan?

***

November 2000 – September 2012.
(dinukil dari kumpulan sajak Balada Wartawan, sajak pinggiran untuksiapa, karya a.r. loebis).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Hallo kawan, silahkan klik tombol Like / Follow untuk mendapatkan berita dan tulisan terbaru