Saturday, April 20, 2024
Home > Berita > Keluarga Miskin Nekat Pulang ke Surabaya dari Lampung Naik Gerobak, Setelah 20 Hari Berjalan Kaki Terdampar di Purwakarta Ditolong Bupati

Keluarga Miskin Nekat Pulang ke Surabaya dari Lampung Naik Gerobak, Setelah 20 Hari Berjalan Kaki Terdampar di Purwakarta Ditolong Bupati

Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi saat menerima keluarga miskin menuju rumah dinas, (ist)

MIMBAR-RAKYAT.Com (Purwakarta) – Keluarga miskin asal Surabaya, Jawa Timur yang sudah cukup lama tinggal di Lampung, nekat pulang kampung halaman dengan menaiki gerobak. Mereka lantaran sudah terlalu rindu kampung.

Keluarga ini menyeberang dari Sumatera ke Jawa, siang malam jalan hanya dengan gerobak yang diisi seluruh keluarganya.

Ketiadaan biaya memaksa Abdul Gani, 47, memboyong istri Nurhayati, 33 dan empat anaknya menapaki jalanan Sumatera-Jawa siang malam sambil mendorong gerobak berjalan kaki.

“Kami sudah rindu kampung halaman di Surabaya. Hampir 1,5 tahun, kami hidup di Lampung,” ujar Gani, ditemui di Rumah Dinas Bupati Purwakarta, Sabtu (11/3).

Derita Gani terdengar oleh orang nomor satu di Pemkab Purwakarta, Dedi Mulyadi, setelah seorang warga Darangdan, Purwakarta, melaporinya melalui SMS Center yang langsung masuk ke pesawat telepon Bupati.

Sabtu pagi, Gani sekeluarga dan gerobaknya dipersilakan mampir ke Rumdin Bupati di Jalan Gandanegara, Purwakarta. Bupati Dedi tampak terenyuh.

Dia mengaku tergetar mendengar cerita pilu Abdul Gani yang menempuh Lampung-Surabaya, selama 20 hari menggunakan gerobak. “Istri dan empat anak saya tarik pakai gerobak ini,” tutur Gani.

Gani mengungkapkan, selama menempuh perjalanan antarpulau tersebut, dia beserta istri, Nurhayati, 33, dan keempat anak-anaknya, Dani, 8, Fitra, 5, Andi, 4, dan Udin, balita yang baru berusia 10 bulan hanya mengandalkan belas kasihan orang yang melintas di jalan untuk makan. Sementara untuk beristirahat, Abdul memanfaatkan mesjid atau kantor desa yang terlintasi.

“Uang saya tidak cukup untuk membeli tiket perjalanan Lampung-Surabaya. Saya hanya punya Rp 870 ribu. Saya belikan gerobak saja seharga Rp 650 ribu. Yang penting keluarga bisa terangkut semua. Sudah 20 hari jalan. Untuk makan, sering ada yang memberi. Kami jalan sekuatnya saja, biasanya istirahat di mesjid atau kantor desa yang kami lewati,” jelasnya.

Kehidupan Abdul Gani bersama keluarganya memang menyedihkan. Dia pergi ke Lampung untuk mengadu nasib, namun perbaikan hidup tak dapat diraihnya. Jadi buruh di Lampung, kian hari bertambah berat.

Rindu kampung halamannya di Surabaya yang kian tak bisa dibendung, akhirnya keluarga ini nekat memutuskan pulang kampung ke Surabaya.

Gani memutuskan untuk meninggalkan pekerjaaannya di Lampung, dan mirisnya, ia hanya mengandalkan gerobak untuk mengangkut keluarganya, hingga terdampar di Purwakarta dan dibawa warga ke Bupati Dedi Mulyadi.

Gani menyebutkan, sehari-hari ia bekerja buruh bakar arang di Lampung Selatan. Tinggal di mess kontrakan, Gani hanya mendapat Rp 5 ribu untuk satu karung arang bakar yang ia garap. “Dalam sehari, rata-rata Gani bisa menyelesaikan sebanyak 12 karung arang bakar,” ungkapnya.

“Sudah 1 tahun 8 bulan saya kerja di Lampung. Sehari mendapat Rp 60 ribu. Untuk membeli gerobak itu pun saya harus menabung. Kalau bisa pulang, saya ingin buka usaha sendiri di Surabaya,” ucapnya.

Bupati Dedi menawari Abdul Gani agar pulang dengan menggunakan pesawat atau kereta api. Namun, karena Gani dan keluarga tidak membawa identitas, tawaran itu urung terlaksana. “Saya pilih naik bus saja Pak. Saya takut naik pesawat. Naik kereta pun enggak ada identitas,” ujar Abdul sambil menitikan air mata.

Tak hanya bisa pulang ke kampung halaman, Abdul Gani pun diberikan modal usaha sebesar Rp 5 Juta oleh Bupati Purwakarta untuk membuka usaha pembakaran arang. Sementara gerobak miliknya, akan dikirim melalui jasa pengiriman paket (joh)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Hallo kawan, silahkan klik tombol Like / Follow untuk mendapatkan berita dan tulisan terbaru