Friday, April 19, 2024
Home > Editorial & Opini > IslamWasathiyah,Apaan sih..?

IslamWasathiyah,Apaan sih..?

Istilah Islam wasathiyah kini jadi primadona. Nyaris tanpa resistensi. Beda ketika istilah Islam Nusantara digaungkan.Ada beda nuansa ketika istilah nusantara berbau “melayu” dikenalkan dan istilah “wasathiyah” yang bernuansa ke_arab_an disebut.

Diseminar, diskusi, tentang terorisme, radikalisme, atau kelompok garis keras, wasathiyah dikupas dari berbagai sisi. Wasathiyah seolah telah meredam isu yang meresahkan masyarakat nasional bahkan internasional.

Mesir yang baru saja mentalak tiga Ikhwanul Muslimin (IM) yang dianggap garis keras, kini memeluk erat wasathiyah.Bahkan Arab Saudi yang sempat sekian lama identik dengan paham keagamaan garis keras dari para ulama Wahabi kini perlahan tapi pasti melunak menuju washatiyah.

Lembaga keagamaan —semacam MUI nya Indonesi a_ dirombak total anggota2nya oleh putra mahkota Mohammad bin Salman.

Para ulama konservatif yang selama ini mengendalikan (21 ulama) lembaga tersebut diganti dengan ulama yang berpandangan wasathiyah. Lebih moderat dan toleran.

Lembaga tersebut, Haiatul Kibar al Ulama dan Haiatul Amr bil-Ma’ruf wan-Nahyu ‘anil-Munkar — yang selama ini ‘mengatur’ kehidupan masyarakat Saudi pun mereka reformasi total.

Kewenangan pun mereka pangkas.

Di Indonesia, para pendiri negara ini sebenarnya sudah meletakkan dasar negara dalam semangat wasathiyah. Namun belakangan kemunculan dan tumbuh berkembangnya kelompok-kelompok radikalis telah meresahkan masyarakat.

Para ulama, dan tokoh dari

lembaga dan ormas keagamaan pun sibuk men jelaskan bahwa Islam tak ada hubungannya dengan kelompok-kelompok garis keras, radikalisme, apalagi terorisme.

Situasi politik menjelang Pilpres 2014 memanas memecah masyarakat kepada dua kelompok besar.Sejumlah pihak pun menyeret pertentangan ini ke ranah agama.

Histori sejarah bicara. Hasil konsensus para pendiri negara, yang sebagian besar ulama menganut pemahaman Islam wasathiyah.

Kerukunan umat beragama di Indonesia itu ternyata dilirik dunia. Indonesia dijadikan contoh. Sebagai negara yang berpenduduk mayoritas Muslim — bahkan terbesar di dunia —, mampu hidup harmonis dalam masyarakat yang pluralistik. Berbeda dengan negara-negara di Timur Tengah yang seagama dan sebahasa, namun terus berkonflik. Presiden Afghanistan dan pihak-pihak lain di sana, seperti dituturkan Presiden Joko Widodo, ingin belajar dari Indonesia mengenai persatuan dan kesatuan ini.

Paling akhir, Grand Sheikh Al Azhar Kairo, Dr Ahmad Thoyyib berterus terang memuji Indonesia sebagai role model dari pelaksanaan moderasi Islam alias Islam Wasathiyah ini. Ia menyatakan akan menjadikan Indonesia sebagai mitra untuk mengembangkan moderasi Islam di masyarakat internasional.

Grand Sheikh Al Azhar menjadi pembicara kunci dalam acara High Level Consultation of World Muslim Scholars on Wasathiyah Islam (HLS-WMS) 1-3 Mei di Bogor.

Hajatan besar untuk menebarkan moderasi Islam yang, digagas Kantor Utusan Khusus Presiden RI untuk Dialog dan Kerja Sama Antar-agama dan Peradaban (UKP-DKAAP).

Prof Dr Din Syamsuddin,punggawanya,mengundang lebih dari 100 ulama dan cendekiawan Muslim dari seluruh dunia.

Para ulama dunia itu telah menelorkan Bogor Massage. Sebuah pesan untuk dunia. Bahwa semua peserta pertemuan berkomitmen untuk merevitalisasi atau memperkuat kembali paradigma Islam Wasathiyah.

Wasathiyah bermakna jalan tengah yang lurus. Tidak ekstrem kanan dan kiri, proporsional, adil. Wasathiyah juga bermakna tasamuh, toleran.

Ini semua dipaparkan oleh Grand Syaich yang diundang langsung oleh Presiden Joko Widodo.

Wasathiyah juga berarti muwathonah, mengakui negara bangsa dan menghormati kewarganegaraan.

Kearah beragama semacam inilah kita bersemangat untuk menggelorakan.Rahmatan lil Alamin.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Hallo kawan, silahkan klik tombol Like / Follow untuk mendapatkan berita dan tulisan terbaru