Tuesday, March 19, 2024
Home > Berita > Festival Lereng Telomoyo Bangkitkan Ekonomi Kreatif Desa Tanon

Festival Lereng Telomoyo Bangkitkan Ekonomi Kreatif Desa Tanon

Sendra tari dari masyarakat desa yang khusus ditampilkan saat tamu berkunjung ke Desa Tanon pada acara Festival Lereng Telomoyo yang digelar tanggal 30 September hingga 1 Oktober 2017(1/10). Festival yang diikuti oleh sekitar 1.000 orang ini diharapkan dapat menjadi magnet dan kalender event tahunan di Kabupaten Semarang, sehingga mampu mengangkat pamor wisata budaya di kawasan Lereng Telomoyo dan kawasan Gunung Merbabu. (ist)

MIMBAR-RAKYAT.com (Semarang) – Desa Wisata Tanon yang dijuluki “Desa Menari” untuk pertama kalinya mengadakan Festival Lereng Telomoyo Kampung Berseri Astra Tanon Ngrawan.

Festival yang dilangsungkan selama dua hari sejak 30 September 2017 itu diharapkan dapat menjadi magnet dan kalender event tahunan di Kabupaten Semarang, sehingga mampu mengangkat pamor wisata budaya di kawasan Lereng Telomoyo dan kawasan Gunung Merbabu.

Acara itu diisi dengan berbagai kegiatan seperti dolanan tradisional, pementasan teater, pentas kesenian rakyat dan sarasehan budaya, festival ini mendapatkan respons positif dari masyarakat sekitar.

Selain merekatkan para pekerja seni di Kabupaten Semarang, Festival Lereng Telomoyo juga diharapkan dapat menggerakkan ekonomi kreatif di wilayah tersebut, demikian siaran pers dari Kepala Hubungan Masyarakat Yulian Warman.

Festival itu diikuti 13 desa di Kecamatan Getasan dan satu dari desa di Kecamatan Tengaran serta mahasiswi seni Universitas Negeri Semarang dan Teater Sirat IAIN Surakarta, Festival Lereng Telomoyo yang diinisiasi oleh Trisno, salah satu penerima apresiasi Semangat Astra Terpadu Untuk Indonesia (SATU Indonesia) Awards 2015 kategori Lingkungan. Ini merupakan festival dolanan tradisional pertama di Kabupaten Semarang.

Trisno adalah contoh pemuda yang menjadi teladan bagi kampungnya dan berhasil menjadi inspirasi. Pria kelahiran 12 Oktober 1981 ini mulai mengembangkan Desa Menari sejak tahun 2009.

Trisno mengakui desanya dulu kumuh, miskin, bahkan sering menjadi olok-olok daerah sekitar. Ia bahkan mengatakan bahwa dulu ada paradigma di desa-desa sekitar untuk tidak menikah dengan orang yang berasal dari Kampung Tanon karena mereka miskin dan kemiskinannya dianggap dapat menular. Trisno berhasil mengubah paradigma tersebut dan menjadikan Desa Tanon menjadi sebuah desa wisata.

Awalnya, desa yang dihuni oleh 43 kepala keluarga dan 143 jiwa itu sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani dan peternak sapi perah. Desa yang semula sepi dan sulit dijangkau, kini semakin ramai dikunjungi wisatawan, baik domestik maupun mancanegara.

Loncatan Program

Sejak Trisno menerima SATU Indonesia Awards pada tahun 2015, Desa wisata di bawah kaki Gunung Telomoyo yang berhawa sejuk ini semakin banyak dikunjungi turis domestik dari dalam maupun luar Pulau Jawa.

Bahkan, desa ini juga pernah didatangi turis dari Mesir, 70 orang turis dari Filipina dan 32 orang turis dari Singapura, Belanda, Rusia serta Perancis.

Berbagai paket kunjungan wisata disediakan, mulai dari pagelaran seni, outbound ndeso, hingga dolanan tradisional dan wisata pembelajaran.

Pada 9 November 2016, Desa Wisata Tanon mulai dibina menjadi Kampung Berseri Astra (KBA). Desa Menari dipilih sebagai KBA karena memiliki aspek-aspek yang sejalan dengan 4 pilar corporate social responsibility (CSR) Astra, yakni Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan dan Kewirausahaan. Karena mencakup empat aspek pilar CSR Astra inilah Desa Tanon akhirnya dipilih untuk dibina menjadi KBA pertama di Jawa Tengah.

Tahun ini, untuk pertama kalinya Trisno akan mengadakan festival dolanan tradisional pertama di Semarang.

“Kami memilih untuk mengadakan festival dolanan tradisional karena ini akan menjadi yang pertama di Kabupaten Semarang. Sebaliknya, festival budaya merupakan sesuatu yang umum dan sudah sering dilakukan. Kami berharap festival ini akan membangkitkan kembali makna kearifan lokal yang mulai pudar. Karena itulah yang menjadi cikal bakal kami dalam membangun Desa Menari,” ungkap Trisno.

“Kampung Berseri Astra merupakan program menyeluruh yang mengacu pada empat pilar CSR Astra yaitu kesehatan, pendidikan, lingkungan dan kewirausahaan. Target kami adalah memiliki KBA di seluruh 34 provinsi di Indonesia pada 2018. Kami juga sangat senang melihat perkembangan yang dilakukan di KBA Tanon setiap tahunnya. Harapan kami, setiap Kampung Berseri Astra dapat menjadi seperti ini yaitu, bersih, sehat, cerdas dan produktif,” Chief of Corporate Communications, Social Responsibility and Security PT Astra International Tbk Pongki Pamungkas.

Festival Lereng Telomoyo, katanya,  juga diharapkan dapat membangkitkan kembali kecintaan masyarakat terhadap permainan-permainan (dolanan) tradisional.  da (engklek), gobak sodor, lari estafet balok, bakiak dan pipa bocor .  (sp/arl)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Hallo kawan, silahkan klik tombol Like / Follow untuk mendapatkan berita dan tulisan terbaru