Tuesday, March 19, 2024
Home > Cerita > Berbagi Kebahagiaan,  Catatan Hendry Ch Bangun

Berbagi Kebahagiaan,  Catatan Hendry Ch Bangun

Ilustrasi - Tangan memberi, berbagi kebahagiaan. (kompasiana)

Saya beruntung tinggal di kawasan perumahan yang warganya suka berbagi. Dalam Idul Adha 1441 Hijriah kemarin, ada 11 sapi dipotong bersama dengan 26 ekor kambing.

Dihasilkan 1.100 plastik daging yang dibagikan ke warga sekitar yang dianggap berhak menerimanya. Setiap anggota panitia yang jumlahnya 100 lebih juga mendapatkan satu kantong daging sebagai upah, bahkan konon karena masih tersisa maka ada tambahan lagi bagi siapa yang memerlukan.

Zaman pandemik, saat sedang kondisi ekonomi yang payah, keinginan untuk berkurban demi kecintaan kepada Allah SWT menunjukkan kesadaran beragama yang tinggi dan pada saat yang sama kepedulian sosial yang besar.

Ada banyak warga yang tidak mampu makan daging sapi atau kambing dan dengan adanya Hari Raya Kurban ini, mereka merasakannya. Itu kelebihan Islam, manusia diajar untuk berbakti kepada Sang Pencipta serta menyayangi sesamanya, terlebih-lebih tetangga dekatnya. Maka sepanjang Jumat sore, bau daging yang disate, dibakar, disup, atau dibuat rendang tercium dimana-mana. Ada pula yang mulai mengolahnya pada Sabtu atau Minggu.

Zaman susah ini ada banyak orang kehilangan pekerjaan, ada banyak orang yang tidak lagi mampu menopang kehidupannya karena berbagai keadaan yakni  diberhentikan kerja, berkurang pendapatan karena hilangnya pelanggan, menurunnya daya beli, dst. Saatnya tiba kita mengulurkan tangan, tak perlu banyak tapi menunjukkan kepedulian.

Setiap amal yang kita lakukan, misalkan itu sedekah, berlipat 70 kali dari nilai yang kita sisihkan itu. Itu sebabnya dikatakan, memberi itu bukan membuat rugi malam memberikan untung, tidak kehilangan tetapi justru mendapatkan.

Kalau di kantong kita ada uang Rp1 juta dan kita diamkan saja, maka nilainya tetaplah Rp1 juta!

Tetapi apabila kita sisihkan Rp100 ribu untuk membeli beras dan diserahkan ke panti yatim piatu, uang kita bertambah. Hitungannya, Rp900.000,- masih di kantong, lalu Rp7 juta tersimpan di bank akhirat sehingga totalnya menjadi Rp 7,900.000. Jelas sekali besar pertambahannya, tetapi kita sering lupa memberi nilai tambah bagi harta kita tadi. Nah, sekarang tiba waktunya kita bertanya pada diri sendiri, sudah berapa tabungan akhirat saya?

Dari yang pernah saya baca, pahalanya akan bertambah apabila kita memberi sedekah di saat sulit. Punya uang hanya Rp200.000 mendadak ada tetangga yang anaknya sakit dan minta pinjaman Rp150.000 untuk antar anak ke dokter. Beranikah kita memberi yang diminta tetangga itu?

Menurut salah satu hadis, sedekah itu kelak akan menjadi air pemadam yang melindungi kita dari panas api neraka.

Tetapi dari sisi praktis kehidupan, setiap keihlasan memberi untuk meringankan beban orang lain, untuk berbagi kepada mereka yang kesulitan, pasti memberi manfaan langsung bagi hati dan perasaan kita.

Konon setiap memberi dengan tulus, sel-sel baik akan tumbuh, helaan nafas di dada akan semakin ringan dan lega. Pikiran kita menjadi positif dan setiap tindakan menjadi enteng dan menyenangkan.

Enak, kan? Ayo kita terus berbagi. Sisihkan seberapa pun yang kita ihlaskan untuk membantu sesama.***

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Hallo kawan, silahkan klik tombol Like / Follow untuk mendapatkan berita dan tulisan terbaru