Tuesday, March 19, 2024
Home > Cerita > Balada Sendu Dihembus Angin ke Langit Biru Puisi A.R. Loebis

Balada Sendu Dihembus Angin ke Langit Biru Puisi A.R. Loebis

Ilustrasi - Balada sendu Dihembus Angin ke Langit Biru. (mimbar-rakyat.com)

Balada Sendu Dihembus Angin ke Langit Biru

(Sajak Puasa)

 

(puasa, kemauan,

Menahan kebutuhan fisik

Rukun islam

Yang tak di lihat orang)

 

Tiga puluh hari dalam setahun

Menyelam dalam diri

Mencari-cari tetap mencari

Mencari menjadi bayi

 

Aku dan kuasaku adalah satu

Puasamu adalah kehendak mu

Menjalankan kewajiban yang sama

Tapi aku menyelami kolam rindu

Kalimat-kalimatMu oksigenku

Gemlembung-gelembung nafasku rahasia zatMu

Mencari-cari tetap mencari

Mencari wadah diri tempat kebesaranMu

Dalam kolam di tepi lautan asmaMu

Puasa ini seperti setengah rasa

Karena mencari-cari tetap mencari

Mencari bayi yang tetap mencari arti yang tak berarti

Dalam diri-diri kendati terus menyelam dalam diri

Sendiri-sendiri

Aku dan puasa ku adalah satu

Puasamu saudaraku adalah maumu

Kewajiban yang sama

Apakah kau berenang menyelam juga

Apakah kolam jernih atau keruh airnya

Jangan-jangan kering tanpa air rindu

Yang sudah mengalir kelangit biru

Karena kolam sudah pecah enggan bersatu

Bolong-bolong dilewati malaikat yang ikut mengalir

Menembus awan kelabu

 

Aku dan puasaku masih satu

Puasamu saudaraku untukmu

Keharusan yang sama

Apakah kau berenang menyelam juga

Apakah mengapung terendam atau tenggelam

Jangan-jangan gelombang pusaran dunia sudah menghisap

Hilang raib diselaputi tinta gurita semesta

Karena tak tengadah juga

Tak mencari atau kesibukan mencari

Mencari-cari tetap mencari

Di sekeliling diri

Dalam diri

Mencari yang di cari dalam diri

Tak pernah bergeming

 

Aku dan puasaku tetap satu

Satu dengan puasamu saudaraku

Tapi satuku buatkanlah puasaku ya Ramadhanku

Ya marhabanku

Yang tak pernah berpaling kecuali dipalingi

Yang tak pernah menapak kecuali di belakangnya

Yang tak pernah meninggalkan kecuali ditingggalkan

Ia terpacak dalam sentrum satuku dengan kuasaku

Karena mauku dan mauMu bersatu dalam telaga rindu

Yang Kau siapkan bagi siapa saja

Walaupun dendangnya ada dalam senandung

Muara angin di langit biru dan awan kelabu

Inilah kuasaku yang tetap satu

Satu dengan puasamu saudaraku

 

Tapi apakah kau dengarkan alun gelombang telaga itu

Ketika gema takbiran jutaan

Manusia bergetar ke angkasa

Menggelegakkan telaga

Mendidihkan sukma di belantara cinta

Ya Robbi, tetaplah satukan aku dengan puasaku

Makanan dan minuman rohaniku

Yang selama ini belum merasakan lapar dan dahaga

Tak merasa kemarau di tengah telaga

Padahal nikmat sangat

Ketika berkecimpung terisi airnya

Air jasmani yang membasahi rohani

Tetaplah buka pancuran rindu Ya Al Khaliq

Agar setiap saat aku dapat berkirim surat padamu

Mengadukan diri dan duniaku

Melalui renang dan selamku di telaga itu

Atau ku kirim di tempat peraduan

Lewat di balada sendu di hembus angin ke langit biru

Rinduku.

***

Jakarta, 17 tahun silam.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Hallo kawan, silahkan klik tombol Like / Follow untuk mendapatkan berita dan tulisan terbaru