Balada Sendu Dihembus Angin ke Langit Biru
(Sajak Puasa)
(puasa, kemauan,
Menahan kebutuhan fisik
Rukun islam
Yang tak di lihat orang)
Tiga puluh hari dalam setahun
Menyelam dalam diri
Mencari-cari tetap mencari
Mencari menjadi bayi
Aku dan kuasaku adalah satu
Puasamu adalah kehendak mu
Menjalankan kewajiban yang sama
Tapi aku menyelami kolam rindu
Kalimat-kalimatMu oksigenku
Gemlembung-gelembung nafasku rahasia zatMu
Mencari-cari tetap mencari
Mencari wadah diri tempat kebesaranMu
Dalam kolam di tepi lautan asmaMu
Puasa ini seperti setengah rasa
Karena mencari-cari tetap mencari
Mencari bayi yang tetap mencari arti yang tak berarti
Dalam diri-diri kendati terus menyelam dalam diri
Sendiri-sendiri
Aku dan puasa ku adalah satu
Puasamu saudaraku adalah maumu
Kewajiban yang sama
Apakah kau berenang menyelam juga
Apakah kolam jernih atau keruh airnya
Jangan-jangan kering tanpa air rindu
Yang sudah mengalir kelangit biru
Karena kolam sudah pecah enggan bersatu
Bolong-bolong dilewati malaikat yang ikut mengalir
Menembus awan kelabu
Aku dan puasaku masih satu
Puasamu saudaraku untukmu
Keharusan yang sama
Apakah kau berenang menyelam juga
Apakah mengapung terendam atau tenggelam
Jangan-jangan gelombang pusaran dunia sudah menghisap
Hilang raib diselaputi tinta gurita semesta
Karena tak tengadah juga
Tak mencari atau kesibukan mencari
Mencari-cari tetap mencari
Di sekeliling diri
Dalam diri
Mencari yang di cari dalam diri
Tak pernah bergeming
Aku dan puasaku tetap satu
Satu dengan puasamu saudaraku
Tapi satuku buatkanlah puasaku ya Ramadhanku
Ya marhabanku
Yang tak pernah berpaling kecuali dipalingi
Yang tak pernah menapak kecuali di belakangnya
Yang tak pernah meninggalkan kecuali ditingggalkan
Ia terpacak dalam sentrum satuku dengan kuasaku
Karena mauku dan mauMu bersatu dalam telaga rindu
Yang Kau siapkan bagi siapa saja
Walaupun dendangnya ada dalam senandung
Muara angin di langit biru dan awan kelabu
Inilah kuasaku yang tetap satu
Satu dengan puasamu saudaraku
Tapi apakah kau dengarkan alun gelombang telaga itu
Ketika gema takbiran jutaan
Manusia bergetar ke angkasa
Menggelegakkan telaga
Mendidihkan sukma di belantara cinta
Ya Robbi, tetaplah satukan aku dengan puasaku
Makanan dan minuman rohaniku
Yang selama ini belum merasakan lapar dan dahaga
Tak merasa kemarau di tengah telaga
Padahal nikmat sangat
Ketika berkecimpung terisi airnya
Air jasmani yang membasahi rohani
Tetaplah buka pancuran rindu Ya Al Khaliq
Agar setiap saat aku dapat berkirim surat padamu
Mengadukan diri dan duniaku
Melalui renang dan selamku di telaga itu
Atau ku kirim di tempat peraduan
Lewat di balada sendu di hembus angin ke langit biru
Rinduku.
***
Jakarta, 17 tahun silam.